Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bulan Kelahiranku berubah jadi duka part 2

                                                

                                                        (Ilustrasi foto by pixabay)

Setelah mendengar penjelasan dari pak jamal tadi kami langsung membawa mbak wati ke tempat ruqiah yang berada di kota medan. Setelah menempuh perjalanan selama 1 jam akhirnya kita sampai di tempat ruqiah. Sesampainya  di sana kita harus menunggu ustandnya terlebih dahulu yang berada dimasjid. Cukup lama kita menunggu ustandnya  sekitar 2 jam lebih, itu pun harus punya janji dahulu sebelum datang ke tempat ruqiah. Karena sudah ada beberapa orang yang menungu ustandnya untuk di ruqiah. Sekitar pukul 22:00 wib malam giliran mbak wati untuk di ruqiah. Pada saat di ruqiah  mbak wati tetap tidak merespon, Cuma diam saja tetapi buih yang keluar dari mulut mbak wati sudah berhenti.

“Lebih baik beliau dibawa pulang, lihat besok apa ada perubahaannya atau tidak ujar pak ustand adi”.

“baik ustand, kami permisi pulang dahulu, assalamuaikum pak ustand ujar ibu”.

Habis dari tempat ruqiah tersebut kami langsung pulang karena hari yang sudah terlalu malam. Keesokkan harinya pada tanggal 21 Juli 2021, kondisi mbak wati tetap sama yang hanya diam ditempat tidur pandangan matanya kosong dan melihat ke atas. Aku dan ibu beserta nenek menjaga mbak wati dari pagi sampai malam, sekali-kali ada tetangga yang melihat keadaan mbak wati. Pada malamnya harinya semua keluarga berkumpul dan tetangga juga ikut untuk menjaga mbak wati. Kami semua tetap berusaha untuk mencari tempat berobat yang bisa menyembuhkan mbak wati. Ada salah satu teman paman memberi tahu bahwa ada tempat berobat yang bisa menyembuhkan mbak wati. Sebaiknya besok pagi saja beliau dibawa ke sana.

“sebaiknya malam  ini juga, cari mobil yang bisa di rental untuk membawa wati besok pagi untu berobat. untuk pergi ke sana  tidak mungkin kita memakai mobil bak  lagi karena kondisinya yang tidak memungkinkan ujar ibu”.

“bu, mobilnya sudah dapat, tinggal besok pagi saja aris jemput ditempat rental mobil ujar abang iparku”.

“baiklah semua sudah beres, untuk malam ini kita semua harus jagain wati sampai besok pagi ujar ibu”.

Kami sekeluarga dan tetangga lain menjaga  mbak wati takut terjadi apa-apa samanya. Kecuali aku, kakak dan adik sepupuku disuruh tidur dahulu agar nantinya bisa gantian untuk menjaga mbak wati. Pada saat kami telah tidur, tepat pukul 23:45 wib aku dibangunkan oleh tetangga kalau mbak wati sudah pergi.

Aku yang heran dengan kata ambigu itu. Aku langsung bertanya : memang mbak wati mengapa Bu ?”.

“lebih baik langsung saja lihat keadaan mbak wati di rumah sebelah ujar tetanggaku”

Aku langsung beranjak dari tempat tidur dan menghampiri mbak wati, yang aku lihat pandangan matanya yang makin  kosong  melihat ke atas sambil menyebut asma allah. “di mana pada saat itu mbak wati  berada dalam pangkuan ibukku”.

“Pada malam harinya tepat pukul 23:53 Wib mbak  wati menghembuskan napas terakhirnya”. Itu bagaikan hari yang sangat menyakitkan”. Orang yang sangat berarti dan berharga untukku. Orang yang telah merawat dan memebesarkanku harus menghembuskan napas terakhir bertempat di umurku yang ke 25 tahun.

“Aku hanya bisa berdiri tegang melihat kondisi mbak wati yang sudah tidak bernyawa lagi dengan muka yang sudah pucat. Aku tidak menyangka kalau aku harus kehilangan lagi  di bulan juli ini. Sudah 2 kali aku kehilangan  bertempatan dibulan juli, 2 tahun lalu aku juga kehilangan bertempatan di bulan juli   dan sekarang aku juga harus mengalami hal yang sama. satu hari setelah ulang tahunku sendiri. Perasaanku sangat hancur sekali”.

“Aku Cuma bisa diam dikursi mengingat masa-masa kecilku sama mbak wati ialah orang selalu bersamaku. ke mana pun dia pergi, aku ikut bersamanya. Ketika aku sakit ialah orang selalu merawatku. Orang yang pertama aku cari serta  namanya yang selalu aku panggil ketika sakit, ialah mbak wati. Semenjak aku sma sampai Kuliah, tiap tahun aku selalu mendapatkan jatah sakit. Setelah aku yang sering sakit itu mbak wati selalu meninggatkanku tentang kesehatanku.

“kalau sedang diperjalanan pulang kuliah, udah masuk waktu magrib tolong berhenti dahulu. Jangan dilanjutkan perjalanannya atau singgah  ke masjid sebelum pulang kerumah dan kalau hujan jangan di tempuh cari tempat berteduh dahulu sampai hujannya reda ujar mbakku”.

“iya mbak, aku selalu mengingat kata-kata mbak kok, gak mungkin  aku tetap melanjutkan perjalanan dengan sepeda motor pas magrib, apalagi kalau hari hujan aku tidak mau terjadi apa-apa nantinya, jangan sampai aku sakit nantinya kalau tetap melanjutkan perjalanan jawabku”.

“tetapi nyatanya saat aku sudah  lulus kuliah dan disitu juga aku harus kehilangan mbakku untuk selamanya. Tak ada lagi orang yang merawatku dan orang yang menghubungiku serta menanyakan keadaanku. Rasanya hidupku mengalami sakit luar biasa akibat kehilangan sosok yang sangat berarti untukku. Mengikhlaskan rupanya buka suatu hal yang gampang, begitu banyaknya momen kebersamaan bersama beliau dari aku masih kecil hingga besar”.

“Keesokkan harinya aku mengantarkan mbak wati ke tempat istirahat terakhirnya. Prosesi pemakaman dilaksanakan jam 10:00 wib pagi . kami sekeluarga ikut semua ke makam kecuali nenekku yang tak bisa ikut karena keadaan dalam kondisi sakit, penghormatan terakhir buat mbak wati. Begitu banyak yang ikut ke makam, menyaksikan proses pemakaman, walaupun masih dalam keadaan korona. Sampai di makam aku hanya bisa melihat untuk terakhir kalinya sebelum kuburannya ditutup dengan tanah. Aku berdoa semoga di rumah yang baru ini beliau tenang di sisi allah Swt. Semoga beliau tidak merasakan sakit lagi. Dengan perasaan sedih yang sangat mendalam, ketika di makam sudah sepi, aku berserta saudaraku yang lain berdoa bersama untuk almarhumah mbak wati. Selesai berdoa, kami pulang ke rumah  dan kumpul dengan saudara yang lain. Pada saat di rumah orang-orang masih ada yang berdatangan  untuk mengucapkan belasungkawa atas meningalnya mbak wati.

“saya mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya wati, semoga amal ibadah beliau diterima di sisi yang Mahakuasa dan dilapangkan alam kuburnya ujar para pelayat”.

“ terima kasih atas ucapan belasungkawanya  ujar ibuku

‘mengapa mbak wati pergi begitu cepat, padahal sebelum salat idul adha aku masih sempat menyapanya dan masih terlihat baik-baik saja ujarku”.

“ikhlaskan saja yasmin atas kepergian mbak wati ujar ibuku”

“Rasanya aku belum percaya saja Bu ujarku

“ tetapi bagaimana lagi itu semua adalah kehendak dari allah nak, kita harus bisa menerima apa yang telah ditakdirkan oleh  allah Swt nak ujar ibuku”.

“Ikhlas saja atas kepergian mbak wati, Yasmin. jangan berlarut-larut dalam kesedihan tidak baik juga buat almarhum. Dia pasti sedih kalau mendengarkan kamu begini ujar kakakku

Aku akan berusaha kak untuk mengikhlaskan atas kepergiannya walau rasanya berat ujarku

Setelah 1 tahun berlalu dan bertepatan atas kepergian almarhum mbak wati. Aku selalu mengingatnya, apalagi ini tahun kelahiranku di mana peristiwa itu selalu berputar di kepalaku. Aku berdoa agar almarhum diterima di sisi allah Swt dan mendapatkan surganya.

 

 

 

 


 

Post a Comment for "Bulan Kelahiranku berubah jadi duka part 2"